Minggu, 15 November 2015

Adat Istiadat Suku Betawi


            Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.

            Berdasarkan pemakaian logat bahasa, suku Betawi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu Betawi Pesisir termasuk Betawi Pulo, Betawi Tengah/Kota, Betawi Pinggir, Betawi Udik, daerah perbatasan dengan wilayah budaya Sunda. Jika pemetaan budaya disusun berdasarkan intensitas transformasi budaya Barat, maka terbagi menjadi tiga, yaitu: Pertama  Betawi Indo, Kedua Betawi Tengah/Kota, Ketiga Betawi Pesisir, Pinggir, Udik.

            Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

            Salah satu adat istiadat di betawi adalah pada saat orang betawi mengadakan acara pernikahan. Pada saat mempelai laki-laki datang ke tempat mempelai wanitanya, pasti ada sepasang Roti Buaya, yang kadang-kadang besarnya seperti ukuran buaya beneran. Ternyata dalam kebudayaan Betawi sepasang Roti Buaya itu merupakan harapan atau simbol agar sepasang mempelai itu selalu saling setia dan selalu bersama kemanapun mereka pergi, karena buaya itu binatang yang sangat setia dengan pasangannya. Budaya inipun datang karena masyarakat sekitar yang mempercayai hal tersebut.

            Keterkaitan manusia dan adat istiadat betawi sangatlah erat hubungannya dalam segi pernikahan, kesenian, nilai budaya, dan bahasa sehari-hari mereka sendiri. Hal itu membuktikan bahwa manusia melestarikan kebudayaan betawi agar tidak punah seiring dengan berjalannya waktu.